Lahir pada Tahun 1230 H/1815 M. dan Meninggal pada Tanggal 25 Syawal 1314 H / 1879 M, dalam usia 84 Tahun, di Syeb ‘Ali dan dimakamkan di Ma’la dekat Makam Siti Khodijah, Ummul Mukminin, Isteri Nabi SAW. sebuah kawasan pinggiran kota Mekkah.
Dari Silsilahnya, Syekh Nawawi merupakan keturunan kesultanan yang ke- 12 dari Sulthan Maulana Syarif Hidayatullah ( Sunan Gunung Jati, Cirebon ), ayah dari Sulthon Maulana Hasanudin ( Sulthan Banten pertama ). Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW. melalui Imam Ja’far Shodiq, Imam Muhammad Al Baqir, Imam Ali Zainal Abidin.
Guru dan masa belajarnya
Masa Kecil belajar pada KH. Sahal ( Ulama terkenal di Banten ). Masa Kecil belajar pada KH. Yusuf ( Ulama Besar di Purwakarta ). Usia 15 Tahun pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji, setelah musim haji usai, beliau tidak langsung kembali ketanah air, dorongan menuntut ilmu menyebabkan beliau bertahan di Kota Suci Mekkah untuk belajar kepada Ulama-Ulama Besar kelahiran Indonesia dan negri lainya. Syekh Ahmad Khotib Sambas Kalimantan ( Imam Masjidil Harom ). Penyatu Thoriqoh Qodiriyyah-Naqsabandiyyah di Indonesia. Syekh Abdul Ghani Duma ( Mekkah ). Syekh Yusuf Sunbulawini ( Mesir ). Syekh Nahrowi ( Mesir ). Syekh Ahmad Dimyati ( Mekkah ). Syekh Ahmad Zaini Dahlan ( Mekkah ). Syekh Muhammad Khotib Hambali ( Madinah ). Pengarang Kitab Nafahat Syarah Warokot (W. 1915). Syekh Abdul Hamid Daghestani.
Murid-murid Syekh Nawawi di Indonesia diantaranya :
KH. Hasyim Asy’ari. Tebu ireng Jombang Jawa Timur ( pendiri NU ). KH. Kholil. Bangkalan Madura Jawa Timur. KH. Asy’ari. Bawean ( menikah dengan Nyi Maryam, Putri KH. Nawawi ).KH. Najihun. Kampung Gunung Mauk Tangerang ( menikah dengan Nyi Salma binti Rukayah binti Syekh Nawawi. Cucunya ). KH. Tubagus Muhammad Asnawi. Caringin Labuan Pandegelang Banten. KH. Ilyas. Kampung Teras. Tanjung Keragilan Serang Banten. KH. Abd. Gaffar. Kampung Lampung Kec. Tirtayasa Serang Banten. KH. Tubagus Ahmad Bakri. Sempur Purwakarta.
Karomah dan Karya-karya Syekh Nawawi
Di antara karomah beliau adalah, saat menulis syarah kitab Bidayatul Hidayah (karya Imam Ghozali), lampu minyak beliau padam, padahal saat itu sedang dalam perjalanan dengan sekedup onta (di jalan pun tetap menulis, tidak seperti kita, melamun atau tidur). Beliau berdoa, bila kitab ini dianggap penting dan bermanfaat buat kaum muslimin, mohon kepada Allah SWT memberikan sinar agar bisa melanjutkan menulis. Tiba-tiba jempol kaki beliau mengeluarkan api, bersinar terang, dan beliau meneruskan menulis syarah itu hingga selesai. Dan bekas api di jempol tadi membekas, hingga saat Pemerintah Hijaz memanggil beliau untuk dijadikan tentara (karena badan beliau tegap), ternyata beliau ditolak, karena adanya bekas api di jempol tadi.
Karomah yang lain, nampak saat beberapa tahun setelah beliau wafat, makamnya akan dibongkar oleh pemerintah untuk dipindahkan tulang belulangnya dan liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lain (sebagaimana lazim di Ma'la). Saat itulah para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syekh Nawawi (beserta kafannya) masih utuh walaupun sudah bertahun-tahun dikubur. Karena itu, bila pergi ke Makkah, Insya Allah kita akan bisa menemukan makam beliau di Pemakaman Umum Ma'la.
Karya-karya Syekh Nawawi.
Diantaranya : Fathul Majid, Tijan Darori, Nuruz Zulam, Madarijus Su’ud/Mirqotus Su’udit Tashdiq ( Syariat Islam ), Syarah kitab Sullam (Habib Abdullah bin Husein bin Tahir Ba'alawi ), Bahjatul Wasail, Kasyifatus Saja, Nihayatuz Zain, Uqudul Zain,Tasyrih Fathul Qorib, Qomi Tugyan, Misbahuz Zulam, Bidayatul Hidayah, Tafsir Munir, Tanqihul Qoul ( kitab hadits ). Syarah Kitab Lubabul Hadits (Imam Suyuthi), Nashaihul Ibad ( kitab Hadits ), Syarah Kitab Imam Ibnu Hajar Al Asqolani, Sulamul Munajah, Futuhatul Madaniyah, Futuhus samad, Tafsir Maroh Labib/Mirah Labib ( Rincian ayat-ayat Al-Qur’an ), Atsimar Al-Yaniah, Al Ibriz Al Daani, Al Aqdhu Tsamin Dll.
Sejarahnya
Setelah 3 tahun belajar di Mekkah Beliau kembali ke Tanah Air ( 1833 H ) untuk membantu Ayahnya mengajar para santri. Sejak kecil Syekh Nawawi telah menunjukan kecerdasannya lansung mendapat simpati dari masyarakat, kedatangannya membuat pesantren yang dibina oleh ayahnya banyak didatangi oleh santeri dari berbagai pelosok. Namun hanya beberapa tahun Beliau membantu Ayahnya, kemudian Beliau kembali ke Mekkah.
Alasan Beliau kembali ke Mekkah diantaranya :
- keinginan Beliau untuk mukim dan menuntut ilmu di negri yang menarik hatinya.
- kondisi tanah air yang saat itu di jajah belanda dan hampir semua Ulama Islam mendapat tekanan.
Setelah Beliau memutuskan untuk mukim di Mekkah dan meninggalkan kampung halamannya. Beliau menimba ilmu di Mekkah selama 30 Tahun. Pada Tahun 1860 H, Beliau mulai mengajar di lingkungan Masjidil Harom. Beliau menjadi murid Syekh Ahmad Khatib Sambas yang terpandang di Masjidil Harom. Ketika Syekh Ahmad Khatib Sambas uzur menjadi imam Masjidil Harom Syekh Nawawi ditunjuk untuk menggantikannya.
Pada Tahun 1870 H beliau banyak menulis kitab. Dalam menyusun karya-karyanya, Syekh Nawawi selalu berkonsutasi dengan Ulama-Ulama besar lainnya dan karya tulisnya tersiar keberbagai penjuru dunia sampai kedaerah Mesir dan Syiria. Karena karya-karyanya yang tersebar luas dengan menggunakan bahasa yang mudah difahami dan padat isinya, nama Syekh Nawawi termasuk dalam kategori salah satu Ulama besar di Abad 14 H/19 M dan Beliau mendapat gelar “ Al Imam, Al Muhaqqiq, Al Fahhammah, As Sayyid Ulama Al Hijaz.
Karya-karya Syekh Nawawi Al Bantani tidak hanya banyak dikaji dan dipelajari di seluruh pesantren di Indonesia, bahkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Diantaranya : Malaysia, Thailan, Filipina Selatan ( Sekolah Agama Mindanao ), Mesir dll.
Pemerintahan Desa Sasak sejak zaman belanda sampai sekarang adalah sebagai berikut :
- Sebelum Terjadi pemekaran wilayah (bergabung dengan Desa Gunung Sari)
- Bapak Samain (kakek buyut Bapak Jaja Subarja sebelum merdeka)
- Bapak Pai
- Bapak H. Asih
- Bapak Junet
- Bapak Jari (Pejabat Sementara)
- Bapak H. Khotib
- Bapak Nusi
- Bapak Nur
- Bapak H. Kurnaen (Pejabat Sementara)
- Setelah terjadi pemekaran wilayah (berpisah dengan Desa Gunung Sari)
- Bapak H. Abdulgani menjabat 8 tahun
- Bapak Amsar
- Bapak Rapiudin menjabat 8 tahun
- Bapak Muhtar menjabat 5 tahun
- Bapak Subyani (Pejabat Sementara)
- Bapak Jaja Subarja masa bakti 2007-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar